Di era digital saat ini, “selfie” sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Hampir setiap orang pernah melakukannya, entah untuk mengabadikan momen, memperbarui profil media sosial, atau sekadar mengekspresikan diri. Namun, tahukah kamu bahwa tradisi selfie ternyata sudah ada jauh sebelum kehadiran smartphone dan media sosial? Sejarahnya panjang — bahkan dimulai sejak era kamera cermin di abad ke-19.
1. Selfie Pertama di Dunia
Selfie pertama kali tercatat pada tahun 1839, ketika Robert Cornelius, seorang fotografer asal Amerika Serikat, mengambil potret dirinya sendiri menggunakan teknik daguerreotype — kamera awal yang memanfaatkan pelat perak dan uap merkuri untuk menangkap gambar.
Ia harus berdiri diam selama beberapa menit di depan kamera tanpa bantuan orang lain. Potret itu kemudian dikenal sebagai self-portrait fotografi pertama di dunia. Dari sinilah, cikal bakal selfie modern mulai terbentuk.
2. Era Kamera Cermin dan Potret Diri
Pada pertengahan abad ke-20, fotografi mulai berkembang pesat dengan kehadiran kamera cermin refleks (SLR). Para fotografer profesional dan amatir mulai bereksperimen mengambil potret diri menggunakan tripod dan cermin.
Gaya ini cukup populer di kalangan seniman dan fotografer yang ingin menunjukkan identitas mereka.
Namun, karena keterbatasan teknologi dan harga kamera yang mahal, kegiatan ini masih tergolong langka. Selfie saat itu lebih dianggap sebagai karya seni daripada ekspresi spontan.
3. Munculnya Kamera Digital dan Awal Selfie Modern
Memasuki akhir 1990-an hingga awal 2000-an, kamera digital mulai menggantikan kamera film. Inilah masa di mana selfie mulai menjadi tren di kalangan anak muda.
Beberapa kamera digital bahkan dilengkapi layar putar agar pengguna bisa melihat diri sendiri sebelum menekan tombol shutter.
Tren ini semakin meluas ketika ponsel mulai dibekali kamera depan — fitur yang awalnya hanya dimaksudkan untuk video call, tetapi segera dimanfaatkan untuk ber-selfie ria.
4. Era Smartphone dan Ledakan Budaya Selfie
Ketika smartphone seperti iPhone dan Android hadir, selfie berubah dari sekadar foto pribadi menjadi budaya global.
Aplikasi media sosial seperti Instagram, Snapchat, dan TikTok mendorong orang untuk memotret diri sendiri setiap hari.
Teknologi pun berkembang pesat: kamera depan semakin tajam, dilengkapi AI beauty mode, wide lens, dan bahkan fitur gesture capture agar pengguna bisa memotret tanpa menekan tombol.
Bahkan muncul aksesori seperti selfie stick, ring light, hingga filter wajah yang membuat selfie menjadi pengalaman kreatif dan interaktif.
5. Dari Ekspresi Diri ke Identitas Digital
Kini, selfie bukan sekadar dokumentasi wajah — tetapi juga cara seseorang menampilkan identitas digitalnya. Dari influencer hingga pengguna biasa, selfie menjadi media komunikasi visual yang kuat.
Namun, di balik popularitasnya, muncul juga perdebatan tentang privasi, narsisisme, dan tekanan sosial yang dihasilkan oleh budaya citra sempurna.
Perjalanan selfie dari kamera cermin abad ke-19 hingga smartphone modern menunjukkan satu hal: keinginan manusia untuk mengenal dan mengekspresikan diri tak pernah padam.
Dari Robert Cornelius yang berdiri diam di depan kamera kuno hingga generasi milenial yang memotret diri dengan sentuhan jari, selfie telah menjadi simbol evolusi teknologi sekaligus budaya manusia dalam melihat dirinya sendiri.

0 Komentar